Hari itu. Hari dimana yang mungkin kalian nanti-nanti. Aku tak
ingin menyebutkan tanggal hari itu, karna aku tak ingin ada sebuah
perselisihan diantara kita bertiga.
Hari itu. Hari yang menyatukan cinta kalian dan hari yang mempertemukan kalian menjadi pasangan kekasih. Aku tak tau bagaimana alur cerita kalian sampai menjadi pasangan kekasih, yang jelas aku tak mau tau.
Pertemuan kalian tidak jauh beda dengan alur cerita pertemuanku dulu dengan 'kau'. Bertemu, berkenalan, berteman, bercanda, bergembira, jatuh cinta, indah dan menurutku akan berpisah. Aku percaya bahwa setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Mungkin kalian belum menyadarinya karna kalian masih asik sendiri. Akupun begitu dulu.
Kalian? 'kau' dan 'dia'. Ku dengar akhir-akhir ini kalian terdengar dekat. Memang, sudah tidak asing lagi ditelingaku bahwa kalian memang dikabarkan dekat sekali. Mendengar kabar itu, aku hanya bisa terdiam. Meratapi perasaanku yang hingga saat ini masih melekat didalam hatiku.
Dahulu, rasa ini hanya sekedar rasa kagum atau suka. Waktu ke waktu rasa ini berubah menjadi rasa cinta. Kau yang berhasil menumbuhkan rasa cinta ini, kau yang merawatnya dan kau pula yang menjaganya. Dan kini aku harus melupakan rasa itu, melenyapkannya, memusnahkannya dan membuang jauh-jauh rasa itu dari imajinasiku dari hatiku dan dari fikiranku. Kuakui memang tidak mudah melakukan itu semua, jadi kutunda dulu untuk mencoba lagi. Namun, lama-kelamaan rasa ini hancur lebur ketika tau kalian menjadi pasangan kekasih pada hari itu. Cinta itu ibarat gelas-gelas kaca. Bila pecah, susah disatukan secara utuh seperti semula. Sama seperti itulah perasaanku saat ini mendengar bahwa kalian menjadi pasangan kekasih. Saat ini perasaanku hancur lebur. Kesal, cemburu berat, marah, enek, segala macam deh. Aku mencoba mengobatinya, tapi susah sekali. Rasanya ingin sekali aku teriak sekencang-kencangnya dari atas perbukitan dan merentangkan tangan ke samping. "aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh".
Dan mungkin aku ditakdirkan untuk berlarut-larut salam kesedihan dan kesendirian. Aku rela, aku ikhlas.
Mencintaimu adalah anugrah terbesar yang pernah Tuhan titipkan kepadaku. Aku bersyukur kepada yang maha kuasa, telah dipertemukan dengan 'kau'. Mungkin aku salh satu orang yang beruntung bisa berkenalan denganmu. 'kau'? 'kau' yang pernah singgah di hatiku, 'kau' yang pernah mewarnai hari-hari yang awalnya kelabu menjadi berwarna dan 'kau' telah membuat aku jatuh cinta kepadamu. Dan kini aku mendapatimu sedang mencintai orang lain. Kau kemanakan rasamu dulu kepadaku? Kau simpan atau kau buang?. Kau putuskan tuk pergi meninggalkanku dan mencari wanita lain diluar sana. Apa kurangnya aku? Dimana kurangnya aku? Tlah kuberi segalanya. Namun, kau tak akan pernah menyadari itu.
Terakhir, aku ingin mengucapkan Selamat kepada kalian berdua. Sudah menjadi pasangan kekasih, kalian sudah menang melawan rasa ku ini.
Untuk 'kau', sudah hentikan semuanya! Cukup aku saja yang merasakan luka darimu. Untuk 'dia', tolong jaga baik-baik 'kau' sebagaimana dulu aku menjaga 'kau' dengan penuh kasih sayang.
Dan aku berterimakasih kepada 'kau' yang telah memberi aku sebuah luka yang amat banyak pelajaran yang terkandung didalamnya. Begitu juga pengalaman indah bersamamu dulu. Luka ini akan tersimpan aman didalam lemari otakku. Aku turut senang melihat kalian berbahagia seperti sekarang ini. Mungkin kesendirianku akan menjadi tradisi abadi didalam fase selanjutnya. Tanpa 'kau' disini. Merawat luka yang kau amanahkan kepadaku, sendiri.
Hari itu. Hari yang menyatukan cinta kalian dan hari yang mempertemukan kalian menjadi pasangan kekasih. Aku tak tau bagaimana alur cerita kalian sampai menjadi pasangan kekasih, yang jelas aku tak mau tau.
Pertemuan kalian tidak jauh beda dengan alur cerita pertemuanku dulu dengan 'kau'. Bertemu, berkenalan, berteman, bercanda, bergembira, jatuh cinta, indah dan menurutku akan berpisah. Aku percaya bahwa setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Mungkin kalian belum menyadarinya karna kalian masih asik sendiri. Akupun begitu dulu.
Kalian? 'kau' dan 'dia'. Ku dengar akhir-akhir ini kalian terdengar dekat. Memang, sudah tidak asing lagi ditelingaku bahwa kalian memang dikabarkan dekat sekali. Mendengar kabar itu, aku hanya bisa terdiam. Meratapi perasaanku yang hingga saat ini masih melekat didalam hatiku.
Dahulu, rasa ini hanya sekedar rasa kagum atau suka. Waktu ke waktu rasa ini berubah menjadi rasa cinta. Kau yang berhasil menumbuhkan rasa cinta ini, kau yang merawatnya dan kau pula yang menjaganya. Dan kini aku harus melupakan rasa itu, melenyapkannya, memusnahkannya dan membuang jauh-jauh rasa itu dari imajinasiku dari hatiku dan dari fikiranku. Kuakui memang tidak mudah melakukan itu semua, jadi kutunda dulu untuk mencoba lagi. Namun, lama-kelamaan rasa ini hancur lebur ketika tau kalian menjadi pasangan kekasih pada hari itu. Cinta itu ibarat gelas-gelas kaca. Bila pecah, susah disatukan secara utuh seperti semula. Sama seperti itulah perasaanku saat ini mendengar bahwa kalian menjadi pasangan kekasih. Saat ini perasaanku hancur lebur. Kesal, cemburu berat, marah, enek, segala macam deh. Aku mencoba mengobatinya, tapi susah sekali. Rasanya ingin sekali aku teriak sekencang-kencangnya dari atas perbukitan dan merentangkan tangan ke samping. "aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh".
Dan mungkin aku ditakdirkan untuk berlarut-larut salam kesedihan dan kesendirian. Aku rela, aku ikhlas.
Mencintaimu adalah anugrah terbesar yang pernah Tuhan titipkan kepadaku. Aku bersyukur kepada yang maha kuasa, telah dipertemukan dengan 'kau'. Mungkin aku salh satu orang yang beruntung bisa berkenalan denganmu. 'kau'? 'kau' yang pernah singgah di hatiku, 'kau' yang pernah mewarnai hari-hari yang awalnya kelabu menjadi berwarna dan 'kau' telah membuat aku jatuh cinta kepadamu. Dan kini aku mendapatimu sedang mencintai orang lain. Kau kemanakan rasamu dulu kepadaku? Kau simpan atau kau buang?. Kau putuskan tuk pergi meninggalkanku dan mencari wanita lain diluar sana. Apa kurangnya aku? Dimana kurangnya aku? Tlah kuberi segalanya. Namun, kau tak akan pernah menyadari itu.
Terakhir, aku ingin mengucapkan Selamat kepada kalian berdua. Sudah menjadi pasangan kekasih, kalian sudah menang melawan rasa ku ini.
Untuk 'kau', sudah hentikan semuanya! Cukup aku saja yang merasakan luka darimu. Untuk 'dia', tolong jaga baik-baik 'kau' sebagaimana dulu aku menjaga 'kau' dengan penuh kasih sayang.
Dan aku berterimakasih kepada 'kau' yang telah memberi aku sebuah luka yang amat banyak pelajaran yang terkandung didalamnya. Begitu juga pengalaman indah bersamamu dulu. Luka ini akan tersimpan aman didalam lemari otakku. Aku turut senang melihat kalian berbahagia seperti sekarang ini. Mungkin kesendirianku akan menjadi tradisi abadi didalam fase selanjutnya. Tanpa 'kau' disini. Merawat luka yang kau amanahkan kepadaku, sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar